Sabtu, 28 Juli 2012

Perayaan Waisak se-Kabupaten Karawang 2556 BE


Hari Sabtu tanggal 26 mei 2012, diadakan Dhammasanti Waisak se-karawang dengan tema “Harmoni dalam kebersamaan, satu untuk semua, semua untuk satu”. Acara ini diseponsori oleh vihara-vihara dalam naungan Majelis Buddhayana Indonesia Sekarawang yang bertempat di Restoran Alam Sari, Karawang. Acara pertama dibuka oleh Prosesi Puja yang dilakukan oleh gabungan sesepuh, Romo-Ramani dan PMV sekarawang.


Acara ini dibuka dengan kata sambutan dari Ketua Panitia Dhammasanti yaitu Ibu Wawah (Vihara Bodhi Diepa, Cikampek). Selain itu juga pada acara ini ada sambutan dari MBI Jawa Barat yaitu Romo Ang, sambutan dari SAGIN Y.M Badra Ruci dan Bapak Eko dari PEMBIMAS JAWA BARAT.

Awal acara dimulai dengan tarian bali modern yang dipersembahkan oleh Vihara Bodhi Dhamma, Purwakarta. Tarian pun ada tarian ”Ambilkan  Bulan Bu”, tarian “Samana” dan tarian “Karaniya” yang penarinya berasal dari gabungan seluruh Vihara di Karawang. Acaranya sungguh meriah dan mengesankan. Sungguh membahagiakan bisa menyaksikan acara yang sangat penuh kekeluargaan dan penuh keharmonisan dalam Dharma.
Pada acara ini juga terdapat acara pembacaan dua ayat dhammapada yang dipersembahkan oleh tim Dhammapada Vihara Bodhi Diepa yang merupakan pemenang juara Dhammapada Temu Karya Sekber PMVBI Pemuda Buddhayana Prov Jawa Barat, di Vihara Bodhicitta Gadong Cipanas 2010. Pada pembacaan  ini sutta dhammapada yang dibacakan adalah inti dari ajaran Buddha yaitu: “Jangan berbuat jahat, tambahlah kebajikan, sucikan hati dan pikiran. Itulah inti dari ajaran para Buddha.”


Dalam acara ini Y.M. Bhikkhu Kheminda memberikan khotbah Dhamma yang isinya seorang Bhikkhu tua yang sedang naik pesawat, pada saat pesawat itu lepas landas, terjadilah masalah dengan mesin pesawat tersebut. Sang pilot mengumumkan keadaan tersebut dan berkata bahwa pesawat ini sebentar lagi akan jatuh, tetapi di dalam pesawat ini terdapat sedikit parasut. Si pilot merasa dirinya masih muda dan masih bisa berkarya sebagai pilot, maka dia mengambil satu parasut lalu loncat. Sekarang tersisa satu parasut tetapi di dalam pesawat itu terdapat dua orang yaitu seorang pemuda dan seorang Bhikkhu tua. Bhikkhu tua itu berkata “Anak muda saya sudah tua dan sudah merasakan manis-pahit kehidupan ini dan sudah menikmati hidup ini sebaik mungkin, karena itu ambilah parasut itu dan pergilah dari sini.” Akan tetapi si pemuda itu merasa tidak enak karena ada seorang Bhikkhu tua yang bersedia berkoban demi dia dan akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama dengan Bhikkhu tersebut. Dari ilustrasi cerita ini seseorang yang menjalankan Dhamma dengan baik maka ia tidak takut dengan kematian, karena setiap hari Bhikkhu tua ini tidak membuang sedikit waktunya untuk berlatih di dalam Dhamma.


Setelah acara Dhammadessana ada pertunjukan nyanyi duet saudari mega dan saudara Rudi yang diiringi oleh keyboard yang dimainkan oleh saudara Indra. Selain itu juga pas akhir acara terdapat acara panduan suara gabungan ibu-ibu dan persembahan sendra tari dari Sekolah Dharma Widya Tangerang. Acara meriah ini pun ditutup dengan semarak kembang api yang sangat indah dilihat. Demikian sekilas gambaran mengenai proses acara dhammasanti waisak sekarawang. Smoga bermanfaat (Sidhi).






Tidak ada komentar :

Posting Komentar